Post kali ini akan membahas mengenai pengolahan limbah
dari pabrik gula. Sebelum membahas inti
dari post kali ini, mari kita bahas
satu persatu. Apa itu limbah? Limbah adalah sebagai barang yang dihasilkan
oleh sebuah proses dan dapat dikategorikan sebagai bahan yang sudah tidak
terpakai. Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industry maupun domestic (rumah tangga atau yang lebih dikenal sabagai sampah),
yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Jenis sampah ini pada umumnya
berbentuk padat dan cair.
Tebu adalah bahan baku dalam pembuatan gula
(gula kristal putih/white sugar
plantation) di pabrik gula. Dalam operasionalnya setiap musim giling
(setahun), pabrik gula selalu mengeluarkan limbah yang berbentuk cairan,
padatan dan gas. Limbah cair meliputi cairan bekas analisa di laboratorium dan
luberan bahan olah yang tidak disengaja. Limbah padat meliputi ampas tebu, abu
dan debu hasil pembakaran ampas di ketel, padatan bekas analisa laboratorium,
blotong dan tetes. Limbah gas meliputi gas cerobong ketel dan gas SO2 dari
cerobong reaktor pemurnian cara sulfitasi. Berikut adalah sejumlah hal tentang
pemanfaatan dan pengelolaan hasil samping pabrik gula yang dapat digunkan untuk
menekan tingkat pencemaran:
1.
Pembuatan
Bioetanol
Pemanfaatan yang pertama pada limbah yang
dihasilkan oleh pabrik gula adalah pembuatan bioetanol. Unit pembuatan etanol
dari tebu terdiri dari 4 bagian, yaitu:
a.
Unit
gilingan
Unit gilingan berfungsi untuk menghasilkan
nira mentah dari tebu. Komponen unit gilingan terdiri dari pisau pencacah dan
tandem gilingan. Sebelum masuk gilingan, tebu dipotong-potong terlebih dulu
dengan pisau pencacah. Cacahan tebu selanjutnya masuk kedalam tandem gilingan 3
rol yang biasanya terdiri atas 4 atau 5 unit gilingan yang disusun secara seri.
Pada unit gilingan pertama, tebu diperah menghasilkan nira perahan pertama
(npp). Ampas tebu yang dihasilkan diberi imbibisi, kemudian digiling oleh unit
gilingan kedua. Nira yang terperah ditampung, ampasnya kembali ditambah air
imbibisi dan digiling lebih lanjut oleh unit gilingan ketiga, dan demikian
seterusnya. Semua nira yang keluar dari setiap unit gilingan dijadikan satu dan
disebut nira mentah.
b.
Unit
preparasi bahan baku
Unit preparasi berfungsi untuk menjernihkan
dan memekatkan nira mentah yang dihasilkan unit gilingan. Klarifikasi bisa
dilakukan secara fisik dengan penyaringan atau secara kimiawi. Klarifikasi
terutama bertujuan untuk menghilangkan beberapa impurities yang bisa mengganggu
proses fermentasi. Nira yang dihasilkan dari proses ini disebut nira jernih.
Selanjutnya tahap ini dilanjutkan untuk memproduksi gula dan sisanya berupa
molase bisa dilanjutkan masuk ke tahapan pembuatan etanol.
c.
Unit
fermentasi
Unit fermentasi berfungsi untuk mengubah
molase menjadi etanol, melalui aktivitas fermentasi ragi. Jumlah unit
fermentasi biasanya terdiri dari beberapa unit (batch) atau sIstem kontinyu tergantung kepada kondisi dan kapasitas
pabrik. Beberapa nutrisi ditambahkan untuk optimalisasi proses. Etanol yang
terbentukdibawa ke dalam unit destilasi.
d.
Unit
destilasi
Unit destilasi berfungsi untuk memisahkan
etanol dari cairan lain khususnya air. Unit ini juga terdiri dari beberapa
kolom destilasi. Etanol yang dihasilkan biasanya memiliki kemurnian sekitar
95-96%. Proses pemurnian lebih lanjut akan menghasilkan etanol dengan tingkat kemurnian
lebih tinggi (99% ethanol anhydrous), yang biasanya digunakan sebagai campuran unleaded gasoline menjadi gasohol.
Selain dari nira, ampas yang dihasilkan
sebagai hasil ikutan dari unit gilingan bisa diproses lebih lanjut menjadi
etanol, dengan menambah unit pretreatment dan sakarifikasi. Unit pretreatment
berfungsi untuk mendegradasi ampas menjadi komponen selulosa, lignin, dan
hemiselulosa. Dalam unit sakarifikasi, selulosa dihidrolisa menjadi gula
(glukosa) yang akan menjadi bahan baku fermentasi, selanjutnya didestilasi
menghasilkan etanol. Pembuatan etanol selain dari molase juga dari ampas tebu.
Ampas tebu sebagian besar mengandung ligno-cellulose. Bahan lignoselulosa dapat
dimanfaatkan untuk memproduksi bioetanol. Limbah dari pabrik gula yaitu tetes, dapat dipakai sebagai bahan baku pabrik alkohol. Limbah cair
yang dikeluarkan pabrik merupakan limbah organik dan bukan Limbah B3 (bahan
beracu dan berbahaya).
2.
Pemanfaatan
Ampas Tebu
Limbah padat berupa
ampas tebu (bagasse) dapat dapat dijadikan bubur pulp dan dipakai untuk pabrik
kertas, untuk makanan ternak; bahan baku pembuatan pupuk, particle board,
bioetanol, dan sebagai bahan bakar ketel uap (boiler) sehingga mengurangi
konsumsi bahan-bakar minyak oleh pabrik.
Selain itu semua,
adanya kandungan polisakarida dalam ampas tebu dapat dikonversi menjadi produk
atau senyawa kimia yang digunakan untuk mendukung proses produksi sektor
industri lainnya. Salah satu polisakarida yang terdapat dalam ampas tebu adalah
pentosan, dengan persentase sebesar 20-27%. Kandungan pentosan yang cukup
tinggi tersebut memungkinkan ampas tebu untuk diolah menjadi Furfural. Furfural
(C5H4O2) atau sering disebut dengan 2-furankarboksaldehid, furaldehid,
furanaldehid, 2-Furfuraldehid, merupakan senyawa organik turunan dari golongan
furan. Furfural memiliki aplikasi yang cukup luas terutama untuk mensintesis senyawa-senyawa turunannya.
Di dunia hanya 13% saja yang langsung menggunakan Furfural sebagai aplikasi,
selebihnya disintesis menjadi produk turunannya. Furfural dihasilkan dari
biomassa (ampas tebu) lewat 2 tahap reaksi, yaitu hidrolisis dan dehidrasi.
Untuk itu digunakan bantuan katalis asam, misalnya: asam sulfat, dan lain-lain.
Furfural memiliki aplikasi yang cukup luas dalam beberapa industri dan juga
dapat disintesis menjadi turunan-turunannya seperti : Furfuril Alkohol, Furan,
dan lain-lain. Kebutuhan furfural dan turunannya di dalam negeri meski tidak
terlalu besar namun jumlahnya terus meningkat . Hingga saat ini seluruh
kebutuhan Furfural untuk dalam negeri diperoleh melalui impor. Impor terbesar
diperoleh dari Cina yang saat ini menguasai 72% pasar Furfural dunia.
3.
Pemanfaatan
Blotong untuk pembuatan kompos
Pembuatan kompos
dilakukan dengan pencampuran bahan baku asal limbah pabrik gula, antara lain;
serasah, blotong dan abu ketel, serta menambahkan bahan aktivator berupa mikroorganisme,
yang terdiri dari; campuran bakteri, fungi, aktinomisetes, kotoran ayam dan
kotoran sapi. Proses pengolahan ini dilakukan secara biologis karena
memanfaatkan mikroorganisme sebagai agen pengurai limbah.
Limbah pabrik gula
berupa blotong juga dapat dijadikan pupuk organik dengan cara mencampurkannya
dengan limbah pabrik etanol berupa vinace dan ditambah sejumlah mikroba.
Seorang peneliti pupuk mengungkapkan, kandungan unsur karbon (C) dan Nitrogen
(N) pupuk ini mencapai 12 persen. Sementara tanah yang sehat punya kandungan
unsur C dan N antara 10-15 persen. Mikroba yang ada di pupuk ini antara lain
Celulotic bacteria, Pseudomonas, Bacyllus, dan Lactobacyllus. Dikatakan pula
bahwa bakteri itu ada yang berfungsi melarutkan fosfat. Seperti diketahui,
fosfat jika dipakai untuk pupuk harus dalam keadaan terlarut, dan yang
melarutkan itu mikroba. Pupuk organik ini mampu memperbaiki tekstur dan mampu
menyehatkan tanah kritis akibat pupuk kimia (anorganik).
Pupuk kompos yang
dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali untuk perkebunan tebu. Pemberian kompos
yang berasal dari limbah industri gula ini telah dicoba pada tanaman tebu di
berbagai wilayah pabrik gula di Indonesia. Secara umum kompos dapat
meningkatkan produksi dan produktivitas gula. Pemberian kompos blotong dan
kompos ampas pada lahan tebu di pabrik gula Cintamanis Palembang, masing-masing
dengan takaran 30 ton/ha mampu meningkatkan bobot tebu. Bobot tebu yang
diberikan pupuk kompos ini pada tanaman pertama, berturut-turut lebih tinggi 26,5
dan 8,1 ton/ha dibandingkan dengan kontrol.
Sekian post kali ini mengenai pengolahan limbah
pabrik gula. Terimakasih sudah membaca post ini. Semoga bermanfaat! GOD Bless J. Sumber post
ini adalah https://dwioktavia.wordpress.com/2011/04/14/pengolahan-limbah-pabrik-gula/.
Thanks, ka!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar